A.
Pendahuluan
Penaklukan daerah-daerah dalam pemerintahan
Islam, sejak masa Khulafaur Rasyidin Umar bin Khattab sampai pada masa Daulah
Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah, banyak berpengaruh pada peradaban dan
pendidikan Islam. Dan yang paling berharga dari penaklukan Negara-negara
tersebut adalah pengetahuan dari filsafat Yunani. Sejak itu dasar-dasar
filsafat Yunani ikut memberikan pengaruh pada kemajuan pendidikan Islam.
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat
penting bagi bangsa (umat) yang ingin maju. Tanpa pendidikan, umat itu akan
tertinggal dari bangsa (umat) yang lain. Tarbiyah al-Islam Telah
berlangsung sejak masa Nabi Muhammad Saw, sampai sekarang. Namun, pendidikan
Islam yang dibahas pada makalah ini adalah sekitar pendidikan Islam masa
klasik. Periode klasik menurut Harun Nasution mulai “tahun 650 M-1250 M.
Periode klasik ini dibagi pula dalam dua masa, yaitu Masa Kemajuan Islam I
(650-1000 M) dan masa disintegrasi (1000-1250 M)” 2
Pada masa pemerintahan Utsman bin Affan (644
M-656 M), Tripoli dan Ciprus serta beberapa daerah lainnya telah dikuasai oleh
Islam. Namun perluasan dan penyebaran wilayah-wilayah Islam terhenti beberapa
tahun akibat perang saudara pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib. Setelah
pemerintahan Islam dikuasai oleh Bani Umayyah dan selanjutnya oleh pemerintahan
Bani Abbasiyah, perhatian bukan hanya tertuju pada perluasan wilayah Islam,
tetapi tertuju pula terhadap pengembangan ilmu pengetahuan, terutama setelah
ada persinggungan kebudayaan dengan peradaban dan filsafat Yunani.
A.
Hubungan Ilmuwan Muslim Dengan Filsafat Yunani.
Orang Yunani yang hidup pada abad ke-6 SM
mempunyai kepercayaan bahwa kebenaran yang diterima semuanya bersumber dari
mitos atau dongeng. Ini berarti kebenaran yang dapat diterima akal tidak
berlaku. Namun sesudah abad ke-6 SM muncullah sejumlah ahli pikir yang
menentang mitos tersebut, sehingga misteri alam semesta jawabannya dapat
diterima oleh akal. Hal ini sekaligus merupakan cikal bakal filsafat Yunani.
Ada tiga faktor yang menyebabkan lahirnya filsafat Yunani
adalah:
1. Bangsa Yunani kaya akan mitos dan hal itu
adalah awal untuk mengetahui dan mengerti sesuatu.
2. Beberapa karya sastra Yunani yang dapat
dianggap sebagai pendorong lahirnya filsafat Yunani yang berisi pedoman hidup
dan nilai-nilai edukatif.
3. Pengaruh ilmu pengetahuan yang berasal dari
Babylonia di lembah sungai Nil. Ilmu-ilmu tersebut bukan hanya dipelajari aspek
praktisnya saja, tetapi juga aspek teoritis kreatifnya.3
Zaman Yunani terbagi menjadi dua periode
yaitu:
1.
Yunani kuno dengan ahli pikir alam, seperti Thales,
Anaximandros, Pythagoras, Xenopanes dan Demokritos.
2.
Yunani Klasik dengan ahli pikir, seperti Socrates, Plato dan
Aristoteles.4
Pada waktu Alexander Yang Agung mengalahkan
Darius tahun 331 SM di Arbela sebelah Timur Tigris, dia tidak menghangcurkan
peradaban dan kebudayaan Persia. Namun, ia berusaha menyatukan kedua kebudayaan
tersebut, yaitu Yunani dan Persia. Alexander biasa berpakaian Persia dan malah
kawin dengan Statira seorang wanita Persia. Setelah Alexander meninggal,
negaranya terbagi menjadi tiga kerajaan, yaitu Macedonia di Eropa, kerajaan
Ptolomeus di Mesir dengan ibukota Alexandria dan kerajaan Seleucid di Asia
dengan kota-kota penting, seperti Anioch di Syria, Seleucia di Mesopotamia dan
Bactra di Persi Sebelah Timur. “Ptolomeus dan Seleucus berysaha meneruskan
politik Alexander untuk menyatukan peradaban Yunani dan Persia, tapi tidak
berhasil”.5 Sunguhpun demikian, peradaban Yunani telah meninggalkan
bekas pada ke dua wilayah tersebut. Sehingga ketika wilayah-wilayah itu
dikuasai oleh Islam bahasa administrasi yang digunakan di kantor adalah bahasa
Yunani.
Filsafat Yunani
ditemukan oleh umat Islam dalam samaran bahasa Syria yang merupakan campuran
antara pikiran Plato dan Aristoteles, sebagaimana yang ditafsirkan dan diolah
oleh para filosof selama berabad-abad sepanjang masa Hellenisme.6
Pemikiran Yunani yang masuk ke Dunia
Islam tidak datang dari manuskrip-manuskrip yang asli. Vitalitas ilmuwan dan
filosof Yunani telah berakhir dengan mundurnya Museum Alexandria. Jembatan yang
menghubungkan antara pengetahuan Hellenisme dengan budaya Islam adalah
penerjemahan karya-karya Yunani ke dalam bahasa Syria yang merupakan bahasa
intelektual Timur Tengah. “Bahasa Syria dimengerti oleh ilmuwan Persia, Yunani,
Yahudi, dan Kristen yang sedang mencari kebebasan beragama dan stimulant
intelektual di Persia selama dua abad”7, sampai kerajaan Sasaniyah
ditaklukkan oleh bangsa Arab.
Pertemuan pertama budaya Arab dengan Yunani
terjadi pada saat penaklukan Damaskus yang dijadikan sebagai ibukota provinsi
Syria dan selanjutnya menjadi ibukota Daulah Bani Umayyah. Pada abad ke-7 M,
yaitu pada masa pemerintahan Bani Umayyah Abdul Malik Bin Marwan (685-705 M),
administrasi yang berbahasa Yunani diganti dengan bahasa Arab. Alexandria,
Antioch, Bactra dan Jundishapur menjadi pusat ilmu pengetahuan dan falsafah
Yunani. Walaupun filsafat dan teori Hellenistik telah bersentuhan pada masa
ini, Khalifah Bani Umayyah tidak banyak tertarik dengan kajian filsafat dan
teologi. Mereka lebih banyak tertarik pada perluasan kekuasaan kerajaan.
Lain halnya pada masa pemerintahan Bani
Abbasiyah, yaitu ketika Khalifah Al-Manshur (754-775 M) dan Kalifah Harun Al-Rasyid
(786-809 M) memerintah, penerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan Yunani ke dalam
bahasa Arab telah dimulai dan mencapai puncaknya pada masa Khalifah Al-Ma’mun
(813-833 M) dengan mendirikan pusat penerjemahan dan Bayt al-Hikmah.8
Pada akhir abad kesembilan, hampir seluruh karya yang diketahui dari museum
Hellenistik telah diterjemahkan dan tersedia bagi ilmuan Muslim. Hunayn
bertugas menerjemahkan manuskrip Yunani ke dalam bahasa Syria kemudian anaknya
dan teman-temannya menerjemahkan dari bahasa Syria ke bahasa Arab.
Hunayn menerjemahkan hampir semua karya Galen
sekitar 20.000 halaman di antara karya Aristoteles, ia menerjemahkan
Categories, Physics, Magna Moralia dan Hermeneutics. Karya-karya Plato, seperti
The Republic, Timaeus dan The Laws. Karya Hippokrates, seperti Aphorisme
sedang karya Dioscorides adalah Materia Medica. Demikianlah dengan
banyaknya buku-buku filsafat Yunani yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab
oleh ilmuan Muslim, maka filsafat Yunani pun banyak dikaji dan dipelajari, baik
melalui lembaga pendidikan yang didirikan atau melalui diskusi para ilmuwan
Muslim.
B. Dasar-dasar
pemikiran filosof yunani.
Filosof Yunani yang akan dikemukakan disini
adalah:
1. Socrates.
Cara berfilsafat Socrates dikenal dengan
istilah dialektika yaitu “cara berfilsafat dengan Tanya jawab”.9
Socrates tidak bermaksud memaksakan orang lain menerima suatu ajaran. Dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan ia berusaha agar teman bicaranya memperoleh
keinsyafan yang lebih mendalam mengenai sesuatu masalah yang sedang dihadapi,
yang pada umumnya bertalian dengan perilaku manusia dan orang ditanyapun
menyadari bahwa melalui pertanyaan Socrates ia telah memperoleh
penglihatan-dalamnya. Socrates yakin bahwa “hanya dengan cara demikian
penglihatan-dalam dapat menjadi milik rohani seseorang, terutama bila
penglihatan-dalam itu menyangkut bidang kesusilaan yang sangat berarti bagi
kehidupan manusia”10. Socrates menggunakan metode tanya jawab dalam
mengajar atau dalam mengajak orang lain untuk memahami apa yang ada pada
dirinya. Metode Tanya jawab adalah metode yang banyak digunakan dalam
mengajarkan agama Islam. Pada masa Nabi Muhammad Saw , metode ini telah
dicontohkan oleh Malikat Jibril sewaktu datang bertanya kepada nabi untuk
mengajar umat Islam.
2.
Plato.
Palto senantiasa mengajarkan agar orang
berpangkal pada sesuatu yang terdapat di atas kenyataan duniawi, tapi
sekaligus berpegang erat pada kenyataan duniawi. Keadaan ini harus senantiasa
ditinjau dari segi idea-idea. Menurut ajaran Plato “dalam dunia ini kita hanya
menangkap hal-hal yang berubah-ubah dan fana”11. Yang selalu
berubah-ubah kita ketahui dengan tangkapan inderawi, sedang yang tetap-tidak
berubah-ubah-kita ketahui dengan berpikir. Jiwa menurut Plato adalah “sesuatu
yang bersifat immaterial dan terpisah dari badan”12. Hal ini
diberikan dengan kekuatan untuk mengetahui kebenaran yang terakhir. Sedangkan
badan membutuhkan jiwa yang kepadanya ia mengabdi dan mendengarkan perintahnya.
Menurut plato:
Seseorang yang
memiliki sifat-sifat kesalihan di dunia ini setelah mati akan dikirim ke suatu
pulau yang penuh kebahagian dan jiwa yang jahat akan dikirim ke suatu tempat
yang kotor dan penuh penderitaan sebagai hukuman.13
Plato menegaskan bahwa “manusia begitu
terikatnya pada dunia tangkapan inderawi, sehingga sukar baginya mendaki ke
dalam dunia ide”14. Untuk dapat naik memasuki alam ide tersebut
diperlukan pengetahuan tenaga kejiwaan yang besar, yang mengharuskan
meninggalkan segenap kegiatan hidupnya. Namun hanya sedikit orang yang dapat
mengahsilkan tenaga yang diperlukan itu, terlebih lagi karena manusia memandang
pemikir itu sebagai manusia khas yang asing bagi dunia. Karya Plato yang
berjudul Negara dan Hukum memperlihatkan bahwa Plato tidak mengajarkan
manusia melarikan diri dari kenyataan duniawi. Dalam ajaran Islam diyakini ada
jiwa yang tenang (annafsu al-muthmainnah) yang akan berbeda dalam
keridhaan Tuhan di surga, sedang jiwa yang kotor atau berdosa berada dalam
neraka.
3. Aristoteles.
Bila Socrates lekat dengan filsafat
dialetikanya, “Plato dengan filsafat idealismenya, Aristoteles populer dengan
filsafat logikanya. Logika formal adalah hasil ciptaan Aristoteles” 15 inti
ajarannya adalah mengenai penalaran dan pembuktian. Di Athena Aristoteles
pernah mendirikan sekolah yang disebut sekolah peripatetic, yaitu dengan cara
memberikan pelajaran sambil berjalan-jalan.
4. Neoplatonisme
(Plotinus).
Bagi plotinus yang dipandang bernilai hanyalah
penghayatan secara batianiah mengenai persatuan dengan Tuhan. Untuk itu, dunia
lahiriah merupakan sarana dan sekaligus bahaya yang mengancam. Gagasan mengenai
Tuhan merupakan inti pemikiran Plotinus. “Tuhan adalah kebaikan dan merupakan
tujuan segala upaya”16. Yang Esa, hanyalah kata-kata yang mengacu
kepada hakikat Tuhan, karena keadaaan diri-Nya tidak dapat disebut dengan
kata-kata. Jiwa merupakan perlimpahan dari Tuhan, tapi jiwa itu tidak lagi esa.
Jiwa itu selalu berusaha akan kembali kepada Tuhan. Karena segala sesuatu
adalah merupakan perlimpahan dari Tuhan, tugas manusia mengembalikan segala
sesuatu kepada Tuhan. Secara batiniah diri manusia seperti terbelah, di satu
pihak ia tertarik kepada benda jasmani, tapi di lain pihak ia tertarik oleh
jiwa. Manusia dapat tenggelam dalam alam jasmani dan lebur di dalamnya karena
melupakan hakikat dirinya.
Namun ia dapat juga
dengan jalan menatap keindahan yang terdapat pada tatanan dunia jasmani dapat
mencuat ke atas sehingga mampu menatap ide-ide, yang merupakan gambaran asli
keindahan tersebut.17
Ketenteraman hanya dapat dicapai dengan mengatasi segala
pemikiran, dapat diperoleh dengan jalan memurnikan segala sesuatu yang bersifat
duniawi serta segenap keanekaragamannya. Keadaan ini disebut oleh Plotinus
sebagai ecstasy atau perasaan menyatu dengan Tuhan
Unsur-unsur filsafat dari para filosof Yunani
ini, mempengaruhi sains dan filosof Muslim seperti, Jabir ibn Hayyan, bapak
ilmu kimia dan pendiri laboratorium pertama. Al Khwarizmi, matematikawan ulung
pertama. Al Kindi, filosof penggerak dan pengembang ilmu pengetahuan yang
sangat mengandalkan akal untuk sumber kebenaran tetapi tetap berkeyakinan bahwa
wahyu juga membimbing manusia. Al-Farabi, komentator buku-buku filsafat Yunani,
juga termasuk filosof yang kadang memberikan interpretasi tentang kebenaran
ajaran agama dengan filsafat. Ibnu Sina sebagai bapak kedokteran. Ibn Miskawaih
dengan teori pendidikan etika. Al-Ghazali, dengan pendidikan tasawufnya. Umar
Khayyam, ahli aljabar. Ibn Rusyd, terkenal pula sebagai bapak kedokteran umum,
dan sebagainya.
C. Pengaruh filsafat
yunani dalam pendidikan islam pada masa klasik.
1. Pengaruh Filsafat
Yunani terhadap Ilmu-ilmu Agama.
Upaya untuk menggabungkan pemikiran Islam
dengan pemikiran Yunani mendominasi kehidupan intelektual sepanjang
kekhalifahan Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah. Ilmuan yang berhubungan dengan
Kristen Nestoris yang berasal dari Hira (sebuah kota kecil antara Basrah, Kufah
dan Mesopotamia Selatan). Kontroversi terjadi setelah diperkenalkan karya-karya
sains dan filsafat Yunani pada pertengahan abad kedelapan. Sehingga muncullah
gerakan-gerakan dan kelompok yang disebut dengan Qadariyah. Dengan menggunakan
metode rasional Yunani, “Ilmuwan Hira berusaha menggabungkan akal dan wahyu.
Khalifah Bani Umayyah, Muawiyah II (683-684 M) dan Yazid III (744 M) adalah
pengikut aliran Qadariyah”.18
Ditempat lain, di seluruh Mesopotamia Selatan
timbul pula satu pikiran yang dipengaruhi oleh Kristen Nestoris di Basrah
dengan menerima kemauan bebas. Mereka meyakini bahwa individu dapat
mengendalikan tingkah lakunya. Cara mengetahui tingkah laku yang benar dapat
dilakukan dengan pendekatan spekulatif terhadap logika. Kelompok ini kemudian
dikenal dengan nama Mu’tazilah. Khalifah Al Ma’mun dari Bani Abbasiyah menganut
aliran ini.
Lembaga pendidikan tinggi dengan aneka ragam
bentuknya muncul tidak untuk menyediakan kelanjutn bidang-bidang studi tingkat
permulan, melainkan untuk memenuhi dua kebutuhan penting dalam masyarakat
yaitu:
Pertama:
menjelaskan pengertian
Alquran dan untuk menyesuaikan prinsip-prinsipnya bagi lingkungan yang berubah.
Khusus untuk keimanan bagi pemeluk Islam yang baru, membutuhkan bimbingan
sesuai dengan wahyu Tuhan yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw.
Kedua: Untuk memadukan wahyu
dengan pengalaman intelektual dan keilmuan.
Untuk memenuhi kebutuhan pertama, lembaga-lembaga
pendidikan formal didirikan dengan memusatkan kegiatannya pada studi-studi
keagamaan dan penafsiran hukum. Studi-studi keagamaan bertempat di
lingkaran-lingkaran studi di masjid, akademi dan madrasah.
Pembaharuan dalam kajian-kajian keagamaan berakhir
ketika studi filsafat Yunani terputus dan diganti dengan skolastisisme Islam.
“Al-Ghazali memenangkan penggunaan dialetika dan logika yang terbatas, karena
khawatir penggunaannya pada segala bidang pemikiran keilmuan secara sembarangan
akan melenyapkan keimanan”.19
2. Pengaruh Filsafat
Yunani terhadap Ilmu-Ilmu non-Agama.
Ketika kerajaan sasaniyah ditaklukkan, Islam
mengenal ilmu kedokteran Yunani di pusat-pusat pendidikan Nestoris dan
Neoplatonisme di Mesopotamia Utara. Kota Jundishapur sangat berperan dalam
kajian ilmu dan praktek kedokteran ini. Sehingga dasar-dasar pengobatan Timur
dan Mesir, terutama sihir dan pengobatan rakyat lainnya, berangsur hilang
dengan kehadiran keterampilan pengobatan yang dimiliki ilmuan Alexandria,
Athena, dan Persia selama abad kelima dan keenam. “Kedokteran Yunani
sebagai satu sistem teori dan praktek berasal dari Hippocrates (460-377
SM). Kedokteran Yunani ini menggunakan pendekatan rasional terhadap penyembuhan
melalui observasi dan pengalaman”.20 Diterangkan Ibnu Sina adalah
“seorang filosof atau pemikir Islam yang telah hafal Alquran pada usia 10
tahun”. 21 Ia menguasai logika, kemudian ia beralih pada studi
fisika, metafisika, dan kedokteran pada usia 18 tahun.
Asy-Syifa’ adalah hasil karyanya yang merupakan
ensiklopedi terpanjang yang pernah ditulis oleh satu orang yang menggambarkan
kemajuan filsafat peripatetic Islam atau buku filsafat yang terpenting dan
terbesar dari Ibnu Sina yang berisi fisika, logika dan matematika. Demikian
pula alQanun fii al Tibb sebuah ensiklopedi kedokteran.22
Setelah Ibnu Sina, Al-Razi adalah orang kedua
dalam tulisan dan pengetahuannya dalam masalah medis. Matematika juga memiliki
daya tarik tersendiri bagi ilmuan Muslim karena perwakilan simboliknya tentang
alam. Mereka memandangnya sebagai pensekatan transendensi dari dunia fisik
menuju dunia supernatural. Pada dasar-dasar teori matematika terletak konsep
kesatuan (alam), yang merupakan tema utama dalam Islam. Matematika menunjukkan
alam dan bagian-bagiannya secara simbolik. “Ahli matematika Islam menggunakan
teori geometri yang diwarisi dari bangsa Yunani dengan membuat pengembangan
yang melebihi teori Yunani”.23 Tabel-tabel geometri dalam dunia seni
dan arsitektur adalah hasil kretaif ilmuan Muslim karena dalam Islam dilarang
membuat figur-figur manusia.
Para ilmuwan Muslim menyempurnakan aljabar
dalam menyelesaikan masalah perdagangan, pembagian warisan, dan sebagainya.
Penguasaan ilmuwan
Muslim terhadap aljabar ini mencapai puncaknya pada abad ke-11 oleh Umar
Khayyam 1123 M, yang menyajikan pembahasan lebih maju mengenai subjek itu
disbanding dengan pembahasan Al-Khawarazmi.24
Sebelumnya telah dikenal pula Jabir Ibn Hayyan
(hidup 721-815 M), bapak ilmu kimia dan pendiri laboratorium pertama yang
dikenal oleh bangsa Latin sebagai Geber. Atas dukungan pemerintah
Khalifah HArun Al-RAsyid “dia telah menulis 3000 karangan kebanyakan tentang
kimia, juga logika, filsafat, kedokteran, ilmu-ilmu supernatural, fisika,
mekanik, dan bidang-bidang lain yang kemudian menjadi disiplin ilmu yang
terkenal”.25 Musa Al-Khawarizmi mengadakan perjalanan ke Timur untuk
belajr matematika, dalam perjalanannya kembali ke istana Al-Makmun dia
mensintetiskan matematika yang diketahuinya dan menyajikannya dalam satu seri
berjudul al-jabr wa al-muqabalah disingkat dengan al-jabr.
Astronomi adalah ilmu yang banyak dibutuhkan
oleh umat Islam. Melalui konsep-konsep ilmu astronomi ini ilmuan Muslim mampu
mengatur aspek-aspek keimanan mereka, dengan mengadakan pengamatan terhadap
benda-benda langit. DAlam filsafat Yunani benda-benda langit dipandang sebagai
abstraksi dan dilihat hanya melalui bentuk-bentuk matematis. Astronom Islam
berpendapat bahwa benda-benda angkasa (planet-planet) memiliki sifat-sifat
fisik dan susunan materi dan mempunyai gerakan-gerakan yang teratur.
Ilmu astronomi membantu umat Islam dalam
melaksanakan perintah shalat lima waktu dalam sehari, pelaksanaan ibadah haji
pada bulan tertentu, puasa ramadhan, shalat Idul Fitri dan Idul Adha. Ilmuwan
Muslim tetap memilih menggunakan kalender qamariyah, karena dianggap lebih
tepat untuk praktik-praktik ritual keagamaan pada garis lintang yang
berbeda-beda. Dengan menggunakan kalender qamariyah umat Islam tidak
diuntungkan dan tidak dirugikan terutama pada praktik keagamaan yang panjang
waktunya, seperti puasa Ramadhan.
A. Kesimpulan.
Filsafat Yunani adalah kegiatan berpikir yang
dilakuan oleh para filosof Yunani untuk mencari kebenaran tentang sesuatu, baik
yang bersifat abstrak maupun yang kongkret.
Filsafat Yunani mulai berpengaruh di kalangan
ilmuwan Muslim pada masa pemerintahan Bani Umayyah dan mencapai puncaknya pada
masa Bani Abbasiyah ketika karya-karya filosof Yunani diterjemahkan ke dalam
bahasa Syria oleh Hunayn, dan anaknya menerjemahkan dari bahasa Syria ke bahasa
Arab.
Al-Ma’mun adalah khalifah yang banyak jasanya dalam penerjemahan
ini dengan tidak segan membayar biaya penerjemahan berupa emas seberat yang
diterjemahkan. Karya-karya Yunani yang dibaca oleh ilmuwan Muslim ini
memberikan motivasi untuk menggunakan logika dalam membahas ajaran Islam dan
mengembangkan serta menemukan berbagai macam ilmu pengetahuan yang baru.
Unsur dialetika dari Socrates, idealisme Plato dan logika
Aristoteles dan sebagainya termasuk berpengaruh terhadap lahirnya beberapa
aliran dalam Islam, seperti Qadariyah, Asy’ariyah, dan Mu’tazilah. Metode
berpikir yang digunakan oleh filosof Yunani memberikan motivasi bagi ilmuwan
Muslim untuk lebih banyak berkarya dalam kemajuan pendidikan Islam, sehingga
muncul ilmuwan seperti Jabir Ibn Hayyan, Al-Kindi, Al-Razi, Al-Khawarazmi,
Al-Farabi, Ibnu Sina, Umar Khayyam, Ibnu Rusyd, dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Asmoro Achmadi, Filasafat
Umum, P.T RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1997.
Bernard Delfgaauw, Sejarah
Ringkas Filsafat Barat, terj. Soejono Soemargono, Tiara Wacana, Yogyakarta,
th.
Harun Nasution, Islam
Ditinjau dari Berbagai aspeknya, jil. I, UI Press, Jakarta, 1985.
Harun Nasution, Filsafat
dan Mistisisme dalam Islam, Bulan Bintang, Jakarta, Th.
Jalaluddin & Usman
Said, Filsafat Pendidikan Islam, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1996.
Nasr, Science and
Civilization in Islam, New American Library, New York, hal. 31-36, lihat
juga C. M. Stanton, 1968.
Pringgodigdo dkk., Eksiklopedi
Umum , Kanisius, Jakarta,1977.
Tahun kelahiran Ibnu
Sina banyak versi, tapi pemerintah Iran menetapkan bulan Safar 370 H. (Agustus
910 M).
Ziauddin Alavi, Pemikiran
Pendidikan Islam pada Abad Klasik dan Pertengahan, terj. Abuddin Nata,
Montreal-Canada, 2000.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar